Saya teringat kisah Khalifah Umar bin Khattab dan anaknya. Pada suatu hari anak Umar bin Khtattab pulang dari sekolah dengan menangis. Ketika ditanya oleh Khalifah, anak itu menjawab :”Teman-temanku di sekolah menghitung-hitung tambalan bajuku dan mengejekku, kata mereka: Lihatlah anaknya Amirul Mu’minin bajunya tambalan seperti ini.” Mendengar pengduan anaknya itu timbullah rasa kasihan dalam hati Khalifah Umar terhadap anaknya. Oleh karena itu beliau mengirim sepucuk surat kepada bendaharawan Negara, yang isinya agar beliau dipinjami uang sebanyak empat dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan supaya dipotong. Maka bendaharawan Negara itu mengirim surat jawaban yang berisikan :” Wahai Umar, adakah engkau telah memastikan bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan? Bagaimana kalau engkau mati sebelummelunasi hutangmu? Apa yang akan kamu perbuat terhadap hutangmu itu dihadapan Allah? Membaca surat itu , maka Khalifah Umar segera tersungkur menangis, lalu berkata kepada anaknya :”Berangkatlah engkau wahai anakku ke sekolah sebagaimana biasanya, karena aku tidak dapat memperhitungkan umurku walaupun hanya satu jam lagi. Sang penjual krupuk telah memberikan pencerahan kepada kita yang sering lupa dengan kematian. Kadangkala tanpa ingat kematian kita berbuat dengan segala cara dalam bisnis. Sang penjual krupuk mengingatkan kita untuk berbuat terbaik dalam bisnis sebagai ibadah yang kita persembahkan kepada Allah Yang Maha Pemurah.
Sumber artikel : Mohammad Suyanto
0 komentar: on "BELAJAR DARI PENJUAL KRUPUK (3)"
Posting Komentar