Kamis, 24 Desember 2009

BELAJAR DARI PENJUAL KRUPUK (3)

Pelajaran ketiga yang saya peroleh dari Penjual krupuk adalah pelajaran yang sangat luar biasa, pelajaran dari salah satu tokoh yang paling berpengaruh di dunia versi Michael Hart. Seminggu kemudia penjual krupuk itu dating kembali ke rumah saya. Seperti biasanya, datang dengan sepeda ontel yang ditemani dua plastik besar yang berisi krupuk dan selalu menebar senyum, nampak bahagia di wajahnya. Ketika tiba di rumah, saya telah berangkat ke kantor, penjual krupuk itu ditemui oleh istri saya. Setelah istri saya menyerahkan kaleng krupuk, penjual krupuk itu mengisi kaleng tersebut seperti biasanya dan selalu memberi kelebihan. “Ini Bu krupuknya” katanya sambil menebar senyum. “Ini Pak uangnya” kata istri saya sambil memberikan uang Rp. 20.000,-, kemudian penjual krupuk tersebut berusaha untuk mengembalikan uang tersebut “Ini kembaliannya Bu” katanya. “Sudah untuk Bapak saja” kata istri saya. “Tidak Bu,ini terlalu banyak” jawab penjual krupuk tersebut sambil ngotot untuk mengembalikan sisa uangnya. “Kalau Bapak tidak mau, untuk minggu depan saja” kata Istri saya. Jawaban yang sangat mengejutkan dan istri saya tidak menduga dilakukan oleh penjual krupuk tersebut “Tidak Bu, saya nanti berhutang Bu, saya tidak bisa menjamin apakah usia saya sampai minggu depan”. Istri saya termangu mendengar jawaban sang penjual krupuk itu dan setelah makan malam hal itu diceritakan kepada saya.

Saya teringat kisah Khalifah Umar bin Khattab dan anaknya. Pada suatu hari anak Umar bin Khtattab pulang dari sekolah dengan menangis. Ketika ditanya oleh Khalifah, anak itu menjawab :”Teman-temanku di sekolah menghitung-hitung tambalan bajuku dan mengejekku, kata mereka: Lihatlah anaknya Amirul Mu’minin bajunya tambalan seperti ini.” Mendengar pengduan anaknya itu timbullah rasa kasihan dalam hati Khalifah Umar terhadap anaknya. Oleh karena itu beliau mengirim sepucuk surat kepada bendaharawan Negara, yang isinya agar beliau dipinjami uang sebanyak empat dirham, dengan jaminan gajinya bulan depan supaya dipotong. Maka bendaharawan Negara itu mengirim surat jawaban yang berisikan :” Wahai Umar, adakah engkau telah memastikan bahwa engkau akan hidup sampai bulan depan? Bagaimana kalau engkau mati sebelummelunasi hutangmu? Apa yang akan kamu perbuat terhadap hutangmu itu dihadapan Allah? Membaca surat itu , maka Khalifah Umar segera tersungkur menangis, lalu berkata kepada anaknya :”Berangkatlah engkau wahai anakku ke sekolah sebagaimana biasanya, karena aku tidak dapat memperhitungkan umurku walaupun hanya satu jam lagi. Sang penjual krupuk telah memberikan pencerahan kepada kita yang sering lupa dengan kematian. Kadangkala tanpa ingat kematian kita berbuat dengan segala cara dalam bisnis. Sang penjual krupuk mengingatkan kita untuk berbuat terbaik dalam bisnis sebagai ibadah yang kita persembahkan kepada Allah Yang Maha Pemurah.

Sumber artikel : Mohammad Suyanto


Read Also:



Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "BELAJAR DARI PENJUAL KRUPUK (3)"

Posting Komentar