Setelah selesai memasukkan seluruh krupuk dengan bonusnya, kemudian penjualkrupuk tersebut menyerahkan kaleng krupuk kepada saya sambil melempar senyum dan berkata ”Ini Pak krupuknya”. ”Berapa Pak?” tanya saya. “Rp. 8.000,- Pak” jawab penjual krupuk. Saya membalas kebaikan penjual krupuk tersebut dengan memberinya Rp. 10.000,- . “Ini kembalinya Pak” kata penjual krupuk tersebut kepada saya. “Sudah untuk Bapak saja” kata saya. “Terimakasih Pak” kata penjual krupuk, kemudian berpamitan meninggalkan rumah saya. Rahasia sukses yang sejati adalah memberi dan itulah yang dilakukan penjual krupuk serta cara yang dilakukan penjual krupuk dalam memperlakuka kenikmatan yang diterimanya walaupun hanya kecil. Pelajaran kedua yang saya peroleh adalah pelajaran rasa syukur. Hanya menerima kelebihan Rp. 2000,- tetapi penjual krupuk tersebut mengungkapkan dengan rasa senang dan rasya syukur. Tetapi kita kadangkala mendapat anugrah Rp. 20.000,- atau Rp. 200.000,- atau Rp. 2 juta atau bahkan Rp 2 milyar masih merasa kurang dan tidak bersukur. Padahal kenikmatanyang telah kita peroleh berlimpah, mulai kenikmatan harta, kesehatan, anak, kesempatan, ilmu dan beragama dengan nikmat, tetapi kadangkala kita lupa bersyukur kepada Sang Pemberi kenikmatan. Dari Anas r.a., ia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Seandainya anak Adam memiliki dua lembah harta, niscaya ia akan mencari lembah yang ketiga, dan tidaklah ada yang memenuhi perut anak Adam melainkan tanah dan Allah Maha memberi taubat kepada orang yang bertaubat.” (HR Muttafaq ‘Allah).
Rasya sukur itu merupakan kesadaran bahwa nikmat itu berasal dari Tuhan Yang Maha Pemberi kenikmatan yang dapat menimbulkan kegembiraan dari nikmat tersebut serta mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Tuhan. Rasa syukur kepada Tuhan akan menyentuh hati kita yang paling dalam dan memancarkan cahaya kebaikan yang menghiasi makhluk di lingkungan yang dikenainya. Rasa syukur itu kita ucapkan sebagai rasa terimakasih dan pujian kepada Tuhan. Rasa syukur juga membuat seluruh anggota badan kita untuk dapat mempergunakannya dengan baik dalam rangka menambah ketaatan kita kepada Tuhan dan berusaha menjaganya untuk tidak kita pergunakan berbuat kemaksiatan. Seseorang belum dinamakan bersyukur kepada Tuhan apabila kenikmatan yang diperolehnya itu belum digunakan sesuai dengan yang disenangi Tuhan atau belum digunakan untuk kemanfaatan hambaNya yang membutuhkannya. Dalam surat Ibrahim ayat 7 : Dan tatkala Tuhanmu memaklumkan : ”Sesungguhnya jika kamu bersyukur,pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.
Sumber artikel : Mohammad Suyanto
0 komentar: on "BELAJAR DARI PENJUAL KRUPUK (2)"
Posting Komentar