Namun demikian, ada juga perusahaan kecil yang mencoba menggunakan kecepatan dalam bersaing tanpa harus menggunakan inovasi teknologi tingkat lanjut. Ketika bersama tiga kawan saya di Bandung, saya mampir untuk makan siang di rumah makan yang bersaing dengan caranya sendiri.. Dua orang pelayannya menghampiri kami beremapat. “Pesan minum apa Pak? “ tanya mereka. Kami berempat menyebutkan minuman yang kami pesan. Satu diantara kedua pelayan tersebut mencatat pesanan kami dan satu orang lainnya memperhatikan yang dicatat kawannya tersebut. “Bapak mau makan apa Pak? Ini menunya” kata seorang pelayan yang sedang mencatat tersebut dan seorang yang lainnya masuk ke dalam. Setelah kami menyebutkan pesanan, pelayan tersebut mencatatnya dan tiba-tiba kawannya tadi keluar sambil membawa koran. “Ini korannya Pak kalau mau membaca berita hari ini “ kata pelayan yang membawa koran sambil menyerahkan kepada kami. Kemudian setelah menyerahkan koran, ia kembali mendapingi pelayan yang mencatat pesanan kami dan masuk ke dalam kembali. “Makanannya cukup ini Pak?” tanya pelayan yang bagian mencatat pesanan tersebut. “Ya cukup“ jawab kami. Tiba-tiba pelayan yang masuk ke dalam tadi, keluar lagi sudah membawa minuman pesanan kami. Ketika itu saya terkejut melihat kejadian tersebut dan saya berkata dalam hati setengah penasaran: “Cepat sekali”. Tidak begitu lama pelayan yang mencatat pesanan kami tadi sudah menyusul membawa makanan yang kami pesan. “Luar biasa cepat” kata hati saya bertambah penasaran.
Setelah selesai makan saya penasaran karena mendapatkan pelayanan dengan kecepatan luar biasa. Kemudaian saya memanggil pelayan tersebut dan bertanya “Mas kok bisa cepat dalam Anda menyajikan tadi rahasianya bagaimana?”. “Tadi kami berdua, pertama mencatat pesanan Bapak berupa minuman, setelah itu rekan saya membaca yang saya catat kemudian rekan saya tadi ke belakang pesan minuman yang Bapak pesan. Kemudian rekan saya tadi mengambil koran dan menyerahkan kepada Bapak. Setelah itu rekan saya tadi membaca makanan yang Bapak pesan pada catatan saya dan masuk ke dalam sambil pesan makanan yang Bapak pesan” kata pelayan tersebut. “Oh begitu. Mas kalau misalnya pesanan makanan itu saya ganti bagaimana?” tanya saya. “Itu resiko kami Pak” jawabnya tegas.
0 komentar: on "RESIKO KAMI PAK"
Posting Komentar