Selasa, 22 Desember 2009

BELAJAR DARI SOPIR TAKSI (2)

Setelah selesai bercerita tentang perusahaan dan cara memotivasi perusahaan terhadap karyawannya, kemudian sopir taksi tersebut bercerita tentang masa lalunya yang penuh warna. ”Maaf ya Pak saya banyak ngomong” katanya. ”Nggak apa-apa, saya senang mendengarkan cerita pengalaman hidupnya Mas Triono” kata saya. Mas Triono melanjutkan ceritanya ”Saya merasa bukan anak yang baik Pak, waktu masih muda termasuk orang yang ”bejat”, padahal saya tahu kalau minum minuman keras dilarang oleh agama saya, tetapi saya nekat Pak, karena terpengaruh kawan-kawan saya. Sudah punya penghasilan, tidak ada yang mengatur, ya uangnya untuk membeli sesuatu yang kadangkala nggak berguna Pak. Setelah saya menikah ”kebejatan” saya berkurang Pak. Saya mulai tidak minum minuman keras lagi, uang dari hasil kerja saya berikan istri saya. Apalagi setelah punya anak cowok Pak. Saya juga takut kalau saya mabuk besok ditiru oleh anak saya, sehingga saya benar-benar berhenti.” Kemudian saya berkomentar ”Luar biasa Mas Tri sampeyan. Karena nggak mudah Mas dapat berhenti seperti itu”. Sopir taksi itu terdiam sejenak sambil menghentikan taksinya, karena tanda lalu lintas berwarna merah.

Setelah lampu hijau, taksi meluncur kembali. Sopir taksi itu bercerita kembali pengalamannya ketika di Malaysia ”Tetapi ketika saya bekerja di Malaysia, saya juga masih minum-minuman keras. Saya mabuk Pak. Pada suatu ketika saya ketemu sesama pekerja dari Indonesia yang orang baik. Dia berkata ”Meskipun kamu suka minum, tetapi tetap ingtlah sama Tuhan” katanya. Ketika itu saya mabuk Pak, tetapi saya tetap sembahyang. Kemudian lama-kelamaan saya tersadar Pak, menghadap Tuhan kok dengan mabuk kata saya dalam hati. Sejak saat itu saya mulai berusaha untuk tidak minum lagi, dan akhirnya sampai saat ini saya sudah tidak tertarik lagi minum-minuman keras. Meskipun kadangkala saya juga diajak minum-minuman keras, tetapi saya tolak Pak. Bahkan saya diajak jualan narkoba Pak. Kata kawan saya pendapatannya jutaan Pak. Tetapi saya juga tidak mau Pak. Barang maksiat. Bisa-bisa saya ditangkap dan dihukum seumur hidup. Kalau tidak dihukum seumur hidup, hukumannya berat Pak. Katanya bisa ditebus Pak. Kalau saya ditangkap, siapa yang mau ambil. Untuk menebus pakai uang, uangnya siapa. Untuk makan saja hanya pas-pasan. Mungkin keluarga saya malah malu dengan tetangga. Kalau kawan saya kan anaknya pejabat, kalau ditangkap polisi diambil oleh Bapaknya, karena uangnya banyak. Katanya jutaan Pak. ”Tidak begitu Mas. Belum tentu bisa diambil. Masalah narkoba masalah yang sensitif dan merusak orang banyak” saya menyahut. Setelah berhenti berhenti sejenak sopir taksi tersebut melanjutkan pembicaraannya ”Pokoknya sekarang saya sudah bertobat Pak. Biarlah masa lalu sebagai kenangan. Saya akan membesarkan anak-anak saya dengan hasil kerja keras saya, meskipun hanya sebagai sopir taksi”. Kemudian saya menyambung ”Mas Triono dapat berhenti dari minum-minuma keras dan tidak terlibat narkoba itu adalah jihad di jalan Allah, pahalanya besar, karena tidak banyak yang dapat berhenti total seperti Mas Tri.”

Sumber artikel : Mohammad Suyanto


Read Also:



Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "BELAJAR DARI SOPIR TAKSI (2)"

Posting Komentar