Pelajaran berikutnya dari dari pengusaha becak adalah tentang bertindak efektif. Mengapa, dalam dua tahun milik Saudara kita Jawa, bermula dari 2 becak, setelah 2 tahun, tetap saja 2 becak? Dan mengapa Saudara kita Tionghoa, dari 2 becak menjadi 12 becak? Selain pemberian nama yang baik, juga yang dilakukan oleh pengusaha becak Saudara Tionghoa tersebut adalah bertindak efektif.
Pengusaha becak Saudara kita Jawa, menganggap bahwa kepemilikan becak itu dimiliki secara mutlak, tukang becak tidak boleh memiliki becak, sehingga Tukang becak itu menggunakan dan memelihara becak sewajarnya saja, karena bukan miliknya.Sedangkan pengusaha becak Saudara kita Tionghoa memberikan kesempatan kepada tukang becak dan memberi jalan keluar untuk memiliki becak. Pengusaha becak Saudara kita Tionghoa memiliki becak sejumlah 12 tersebut, sesungguhnya bukan becak miliknya semua, sebagian dari becak itu miliknya tukang becak. Tukang becak tersebut disuruh setor lebih tinggi dari biasanya, tetapi dalam waktu tertentu (misalnya 2 tahun), becak tersebut menjadi milik tukang becak. Karena merasa memiliki, maka tukang becak tersebut menggunakan dan memelihara becak tersebut sebaik mungkin. Apa yang dilakukan Pengusaha becak Saudara kita Tionghoa terhadap Tukang becak, mitranya, menurut Stephen R Covey, disebut efektivitas, yang merupakan keseimbangan antara produksi dan kemampuan produksi.
Produksi merupakan hasil yang dinginkan, yaitu uang yang disetorkan. Sedangkan kemampuan produksi adalah kemampuan atau aset yang menghasilkan uang setoran, yaitu Tukang becak dan becaknya. Pengusaha saudara kita Tionghoa berusaha untuk memelihara dan menjaga Tukang becak sebaik-baik, agar Tukang becak tersebut tetap menghasilkan uang setoran dan memelihara becaknya dengan baik, karena dalam jangka waktu tertentu becak itu akan menjadi miliknya. Semakin besar setoran, semakin cepat pula becak itu menjadi miliknya. Pengusaha saudara kita Tionghoa melakukan tindakan yang efektif.
Seringkali kita bertindak sebaliknya, dengan mencari keuntungan atau hasil jangka pendek dengan merusak kemampuan produksi atau aset fisik, misalnya mobil, komputer, telepon, fax, bahkan tubuh kita atau lingkungan kita. Kita jarang memelihara atau merawat mobil, komputer, telepon dan fax. Setelah aset tersebut rusak, maka kita baru sadar bahwa aset tersebut merupakan aset kunci. Biaya untuk memperbaiki aset tersebut jauh lebih mahal daripada memelihara aset tersebut secara rutin. Maka kita telah melakukan hal yang tidak efektif.
Kita juga sering berbicara tentang pelayanan pelanggan. Kita sering mengabaikan orang yang berurusan dengan pelanggan, yaitu karyawan. Sehingga kita baru sadar setelah sedikit demi sedikit pelanggan meninggalkan kita. Kepercayaan dan loyalitasnya kepada kita hilang. Biasanya justru kita menyalahkan karyawan. Itulah tindakan yang tidak efektif. Kalau kita ingin karyawan kita memperlakukan pelanggan dengan baik, maka kita juga harus memperlakukan karyawan seperti pelanggan kita. Kita harus dapat memikat hati karyawan, karena hati adalah sumber semangat, loyalitas dan sumber kebaikan karyawan yang dapat membuat perusahaan hidup dan bercahaya.Sumber artikel : Mohammad Suyanto
0 komentar: on "BELAJAR DARI PENGUSAHA BECAK (3)"
Posting Komentar