Kamis, 24 Desember 2009

BELAJAR DARI PENGUSAHA BECAK (1)

Pada suatu saat, saya bertemu dengan Pak Amien Rais di sebuah Seminar. Beliau bercerita tentang pemilik becak dan tukang becak yang ada di sekitar rumah beliau di Solo. Pemilik becak dari Saudara kita Tionghoa, memberi nama becaknya ”Maju”, sedang Saudara kita Jawa memberi nama becaknya ”Ngudoyo Upo”. Milik Saudara kita pengusaha Jawa, bermula dari 2 becak, setelah 2 tahun, tetap saja 2 becak, karena memberi nama perusahaan dengan ”Ngudoyo upo” (mencari sebutir nasi), maka dapatnya juga hanya ”upo” (sebutir nasi), hanya sedikit. Sedangkan kepunyaan Saudara kita Tionghoa, setelah 2 tahun, dari 2 becak menjadi 12 becak. ”Maju” maka perusahaan saudara kita Tionghoa, maju sungguhan.

”Apalah arti sebuah nama” kata William Shakespeare, tetapi beberapa perusahaan yang dikagumi dunia sengaja memilih nama yang baik untuk perusahaan ataupun untuk produknya. Kita memberi nama, biasanya sebagai tanda adanya suatu kejadian atau peristiwa atau kita memberi nama merupakan suatu cita-cita atau kita memberi nama itu merupakan doa kepada Sang Maha Pemberi. Pemberian nama itu nampaknya sederhana, tetapi sesungguhnya mempunyai dampak yang sangat luar biasa.

Saudara kita, pengusaha becak Tionghoa itu sesungguhnya telah menerapkan apa yang telah dilakukan oleh Thomas Watson Sr., Bill Gates, Jeff Bezos, Larry Page dan Sergey Brin, yang menganggap bahwa nama perusahaan ataupun nama produk merupakan sesuatu yang sangat penting. Thomas Watson Sr. mengganti nama perusahaan Computing Tabulating Recording Company menjadi International Business Machine (IBM), meskipun pada saat belum beroperasi secara internasional, tetapi Thomas Watson mempunyai mimpi bahwa perusahaan tersebut di kemudian hari menjadi perusahaan yang beroperasi secara internasional. Ketika Watson menamai International Business Machine (IBM) banyak orang ketika itu mentertawakannya. Bahkan ada yang bilang bahwa Watson memberi nama tersebut terlalu membesar-besarkan perusahaannya. Tetapi sekarang IBM merupakan perusahaan modern dan para manajernya menjadi model peranan utama dengan setelan baju putih, dasi polos, semangat menjual yang luar biasa. Di belakang stereotip itu terdapat keyakinan untuk bersaing dengan penuh semangat dan memberikan pelayanan yang berkualitas. Para pesaingnya mengeluh bahwa nama besar IBM-lah yang membuat perusahaan ini memenangkan tender. Ini tidak sepenuhnya benar. Nama besar IBM mencakup komitmen mendalam untuk memenuhi keinginan pelanggan, memberikan layanan dan membangun hubungan. Pada tahun 2008 ini IBM terpilih sebagai Perusahaan Komputer yang paling mengagumkan dunia versi majalah Fortune.

Pelajaran yang sangat berharga dari saudara kita Tionghoa dalam memberi nama perusahaannya, sebuah nama yang baik, yang tidak sekedar tanda, tetapi merupakan cita-cita, atau bahkan merupakan doa, yang menjadikan perusahaannya “Maju”. Kita dapat memberi nama perusahaan kita dengan nama yang baik, agar kelak perusahaan kita menjadi perusahaan yang sukses.

Sumber artikel : Mohammad Suyanto



Read Also:



Digg Google Bookmarks reddit Mixx StumbleUpon Technorati Yahoo! Buzz DesignFloat Delicious BlinkList Furl

0 komentar: on "BELAJAR DARI PENGUSAHA BECAK (1)"

Posting Komentar