Banyak perusahaan tidak menyadari bahwa pemasaran telah berevolusi, mulai dari tahapan pemasaran sebagai kotak peralatan, pemasaran sebagai strategi, pemasaran sebagai pelayanan dan pemasaran sebagai budaya. Berdasar sejarah, pemasaran dipandang sebagai sebuah fungsi yang jelas atau departemen dalam sebuah perusahaan yang bertanggungjawab terhadap pengembangan produk, melakukan promosi, menentukan harga, menentukan tempat, berhubungan dengan pengecer dan sebagainya. Kadangkala perusahaan menghamburkan biaya besar untuk berpromosi mulai dari memasang iklan di media cetak, elektronik, internet maupun membuat billboard besar yang dipampangkan di tepi jalan besar yang sangat menarik perhatian. Tetapi setelah pelanggan itu datang kadangkala perusahaan tidak menangkapnya dengan baik. Tidak melayaninya dengan baik dan kadangkala tidak memuaskan pelanggan yang didatangkan dengan biaya yang sangat besar.
Pemasaran sebagai budaya adalah sebuah cara berpikir tentang bagaimana berurusan dengan pelanggan sampai bagaimana pelanggan berpikir tentang perusahaan. Maka pemasaran bukanlah sebuah departemen, melainkan sebuah keadaan pikiran atau cara memandang sebuah bisnis atau pemasaran adalah sebuah budaya yang meresap dalam suatu perusahaan. Pelanggan akan mengatakan pada perusahaan kita bahwa mereka merasakan apabila perusahaan berorientasi pada pemasaran. Mereka dapat mengenali perusahaan yang sungguh-sungguh berkeinginan untuk menciptakan kepuasan pelanggan.
Perusahaan hendaknya berdasarkan konsep hubungan yang tulus dan sejati dengan pelanggan. Banyak perusahaan telah menerapkan pemasaran hubungan, tetapi tidak memahami atau menghargai sebuah hubungan yang tulus dan sejati. Misalnya jaminan suatu produk tertentu tidak diungkapkan secara lengkap dan jelas sampai terjadinya penjualan, sehingga ada kemungkinan pelanggan bermasalah dengan produk tersebut dan menghubungi perusahaan untuk mendapat ganti. Biasanya perusahaan menjawab dengan jawaban bahwa garansinya tidak berlaku lagi, pejabat yang menangani permasalahan pelanggan tidak ada di tempat atau berbagai alasan lain yang intinya tidak bisa ditukar. Pada saat itulah pelanggan akan kecewa, frustrasi dan tidak percaya lagi kepada produk dan perusahaan. Pengalaman saya sebagai pelanggan diperlakukan tidak menyenangkan juga berkali-kali. Teori lama mengatakan jika pelanggan tidak puas maka akan menyampaikan ketidakpuasannya kepada 12 orang, sedangkan jika puas, pelanggan akan bercerita kepada 12 orang. Tetapi jika saya yang tidak puas, saya dapat saja bercerita kepada ribuan orang atau sebaliknya kalau saya puas juga akan bercerita kepada ribuan orang juga, baik lewat media cetak, elektronik dan internet. Saya biasanya memberi tahu kelemahan perusahaan tersebut agar diperbaiki, agar saya tetap menjadi pelanggannya. Jika perusahaan tersebut tidak mau mengubah kelemahan tersebut, maka dapat ditebak bahwa pemasaran yang dilakukan perusahaan telah runtuh.
Sumber Artikel : M.suyanto
Pemasaran sebagai budaya adalah sebuah cara berpikir tentang bagaimana berurusan dengan pelanggan sampai bagaimana pelanggan berpikir tentang perusahaan. Maka pemasaran bukanlah sebuah departemen, melainkan sebuah keadaan pikiran atau cara memandang sebuah bisnis atau pemasaran adalah sebuah budaya yang meresap dalam suatu perusahaan. Pelanggan akan mengatakan pada perusahaan kita bahwa mereka merasakan apabila perusahaan berorientasi pada pemasaran. Mereka dapat mengenali perusahaan yang sungguh-sungguh berkeinginan untuk menciptakan kepuasan pelanggan.
Perusahaan hendaknya berdasarkan konsep hubungan yang tulus dan sejati dengan pelanggan. Banyak perusahaan telah menerapkan pemasaran hubungan, tetapi tidak memahami atau menghargai sebuah hubungan yang tulus dan sejati. Misalnya jaminan suatu produk tertentu tidak diungkapkan secara lengkap dan jelas sampai terjadinya penjualan, sehingga ada kemungkinan pelanggan bermasalah dengan produk tersebut dan menghubungi perusahaan untuk mendapat ganti. Biasanya perusahaan menjawab dengan jawaban bahwa garansinya tidak berlaku lagi, pejabat yang menangani permasalahan pelanggan tidak ada di tempat atau berbagai alasan lain yang intinya tidak bisa ditukar. Pada saat itulah pelanggan akan kecewa, frustrasi dan tidak percaya lagi kepada produk dan perusahaan. Pengalaman saya sebagai pelanggan diperlakukan tidak menyenangkan juga berkali-kali. Teori lama mengatakan jika pelanggan tidak puas maka akan menyampaikan ketidakpuasannya kepada 12 orang, sedangkan jika puas, pelanggan akan bercerita kepada 12 orang. Tetapi jika saya yang tidak puas, saya dapat saja bercerita kepada ribuan orang atau sebaliknya kalau saya puas juga akan bercerita kepada ribuan orang juga, baik lewat media cetak, elektronik dan internet. Saya biasanya memberi tahu kelemahan perusahaan tersebut agar diperbaiki, agar saya tetap menjadi pelanggannya. Jika perusahaan tersebut tidak mau mengubah kelemahan tersebut, maka dapat ditebak bahwa pemasaran yang dilakukan perusahaan telah runtuh.
Sumber Artikel : M.suyanto
0 komentar: on "RUNTUHNYA PEMASARAN"
Posting Komentar