Pasar luar negeri yang didatangi didatangi Nabi Muhammad s.a.w. ketika masih berusia 12 tahun terletak di di Bushra atau Bashrah di negara yang bernama Syam. Perjalanan ini dilakukan pada 582 Masehi mengikuti Pamannya Abu Thalib. Negeri Syam merupakan salah satu negeri tetangga yang terpenting bagi daerah Semenanjung Arabia. Negeri ini terkenal subur dan kaya raya sehingga selalu menjadi tujuan utama bagi penduduk Semenanjung Arabia yang ingin mencari penghidupan yang baru. Di negeri ini mereka menetap sambil menggembalakan ternak di padang rumput yang ada atau juga membina hubungan dagang dengan penduduk setempat. Hubungan antara Syam dan Jazirah Arab tidak pernah putus dari waktu kewaktu, yang secara umum terfokus dalam bidang perdagangan serta ekspor impor berbagai bahan makanan dan hasil industri pokok masyarakat. Jalur Hijaz-Syam merupakan jalur terpenting, yang dipadati oleh kafilah-kafilah dagang yang bolak balik membawa barang dagangan mereka dari negeri satu ke negeri lainnya.
Perlakuan berbeda yang dilakukan Bahira terhadap rombongan Quraisy saat itu. “Demi Allah wahai Bahira, kami melihat engkau bersikap lain pada hari ini. Pada waktu-waktu sebelumnya, engkau tidak pernah menjamu kami,padahal kami sering lewat tempatmu. Apa yang terjadi denganmu hari ini?” Bahira menjawab, “Apa yang kau katakan benar. Kalian pada saat ini adalah tamuku dan aku ingin memuliakan kalian dengan menyediakan jamuan. Aku berharap agar kalian semua dapat menghadirinya.” Beberapa saat kemudian, semua anggota rombongan sudah berkumpul di pertapaan Bahira, kecuali Nabi Muhammad s.a.w. Ia tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut menghadiri jamuan karena masih kanak-kanak. Karena Bahira tidak melihat di antara yang hadir orang yang sedang ia amati, ia lalu berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, saya tidak ingin ada seorangpun di antara kalian yang tidak menghadiri jamuanku ini.” Rombongan Quraisy tersebut kemudian menjawab, “Tidak seorangpun di antara kami yang tidak hadir di sini, kecuali seorang anak kecil. Ia adalah anggota rombongan yang paling muda sehingga harus tinggal di tempat.” Bahira berkata, “Jangan berbuat begitu. Panggilah dia untuk hadir bersama-sama kalian di tempatku ini.” Salah seorang anggota kafilah Quraisy itu kemudia berkata, “Demi Lata dan Uzza, tidak akan dicela kita karena anak Abdullah bin Abdul Muthallib ikut duduk dan makan bersama kita.” Orang itu kemudian pergi menemui Muhammad dan membawanya ke tempat perjamuan tersebut.
Pada saat Muhammad menikmati jamuan, Bahira terus memperhatikan dengan seksama. Bahira juga menatap tubuh beliau dengan tatapan menyelidik seakan-akan tengah mencari sesuatu pada tubuh beliau. Pada saat semua yang hadir telah selesai makan dan mulai meninggalkan tempat duduknya, Bahira lalu menghampiri Nabi Muhammad s.a.w. dan berkata, “Wahai anak kecil, demi Lata dan Uzza, aku ingin engkau memberitahukan kepadaku apa yang akan aku tanyakan kepadamu.” Bahira mempergunakan nama Lata dan Uzza ini dalam mengawali perkataannya kepada Muhammad dikarenakan dia tadi mendengar orang Quraisy juga bersumpah dengan kedua nama itu. Muhammad kecil lalu berkata, “Janganlah engkau mengjukan pertanyaan kepadaku dengan menyebut, “Demi Lata dan Uzza. Demi Allah, aku sama sekali tidak pernah membenci sesuatu demi keduanya.
Sumber Artikel : M.suyanto
Perlakuan berbeda yang dilakukan Bahira terhadap rombongan Quraisy saat itu. “Demi Allah wahai Bahira, kami melihat engkau bersikap lain pada hari ini. Pada waktu-waktu sebelumnya, engkau tidak pernah menjamu kami,padahal kami sering lewat tempatmu. Apa yang terjadi denganmu hari ini?” Bahira menjawab, “Apa yang kau katakan benar. Kalian pada saat ini adalah tamuku dan aku ingin memuliakan kalian dengan menyediakan jamuan. Aku berharap agar kalian semua dapat menghadirinya.” Beberapa saat kemudian, semua anggota rombongan sudah berkumpul di pertapaan Bahira, kecuali Nabi Muhammad s.a.w. Ia tetap tinggal di tempatnya dan tidak ikut menghadiri jamuan karena masih kanak-kanak. Karena Bahira tidak melihat di antara yang hadir orang yang sedang ia amati, ia lalu berkata, “Wahai orang-orang Quraisy, saya tidak ingin ada seorangpun di antara kalian yang tidak menghadiri jamuanku ini.” Rombongan Quraisy tersebut kemudian menjawab, “Tidak seorangpun di antara kami yang tidak hadir di sini, kecuali seorang anak kecil. Ia adalah anggota rombongan yang paling muda sehingga harus tinggal di tempat.” Bahira berkata, “Jangan berbuat begitu. Panggilah dia untuk hadir bersama-sama kalian di tempatku ini.” Salah seorang anggota kafilah Quraisy itu kemudia berkata, “Demi Lata dan Uzza, tidak akan dicela kita karena anak Abdullah bin Abdul Muthallib ikut duduk dan makan bersama kita.” Orang itu kemudian pergi menemui Muhammad dan membawanya ke tempat perjamuan tersebut.
Pada saat Muhammad menikmati jamuan, Bahira terus memperhatikan dengan seksama. Bahira juga menatap tubuh beliau dengan tatapan menyelidik seakan-akan tengah mencari sesuatu pada tubuh beliau. Pada saat semua yang hadir telah selesai makan dan mulai meninggalkan tempat duduknya, Bahira lalu menghampiri Nabi Muhammad s.a.w. dan berkata, “Wahai anak kecil, demi Lata dan Uzza, aku ingin engkau memberitahukan kepadaku apa yang akan aku tanyakan kepadamu.” Bahira mempergunakan nama Lata dan Uzza ini dalam mengawali perkataannya kepada Muhammad dikarenakan dia tadi mendengar orang Quraisy juga bersumpah dengan kedua nama itu. Muhammad kecil lalu berkata, “Janganlah engkau mengjukan pertanyaan kepadaku dengan menyebut, “Demi Lata dan Uzza. Demi Allah, aku sama sekali tidak pernah membenci sesuatu demi keduanya.
Sumber Artikel : M.suyanto
0 komentar: on "PASAR PADA MASA RASULULLAH (1)"
Posting Komentar