Latest Posts

Minggu, 10 Januari 2010

Kekuatan Penetapan Sasaran

STUDI terhadap para lulusan Yale University pada 1953 dengan menggunakan wawancara ditanyakan apakah mereka mempunyai sasaran-sasaran yang jelas, yang spesifik, yang dituliskan dengan sebuah rencana untuk mencapainya.

Hanya 3% yang mempunyai sasaran tertulis. Dua puluh tahun kemudian pada 1973, para periset kembali mewawancarai yang masih hidup dari lulusan 1953 tersebut. Mereka menemukan bahwa 3% yang mempunyai sasaran tertulis itu jauh lebih kaya daripada gabungan 97% sisanya.

Para periset juga mengukur secara subjektif kebahagiaan dan suka cita mereka, ternyata yang 3% dengan sasaran tertulis tersebut lebih unggul dibandingkan yang 97% yang tidak menulis sasaran-sasarannya. Steven Spielberg juga pernah menulis “Steven Spielberg. Director (Sutradara)” di sebuah trailer yang tidak dipakai di Universal Studio. Saat ini Steven Spielberg, sebagai sutradara ternama di dunia.

Pengalaman pribadi saya mengajarkan bahwa menulis cita-cita dapat memotivasi diri untuk meraih cita-cita tersebut. Saya pernah menulis nama saya dengan “Prof Dr M Suyanto MA.” Tulisan tersebut saya pandangi yang membuat saya tersenyum malu. Saat itu seperti tidak mungkin saya dapat meraih gelar sepanjang itu.

Langkah yang harus saya tempuh hanya ingin seperti paman saya Drs Mohammad Kamal MSc, yang menjadi dosen dan mempunyai gelar Drs, MSc. Tetapi saya yang hidup di desa Banjarsari yang terletak di lembah Gunung Wilis tersebut seperti tidak akan mungkin. Tetapi peluang mulai muncul dengan Paman saya Sutarjo membawa saya ke Yogyakarta untuk pindah sekolah dari SMA 1 Madiun ke SMA 2 Yogyakarta, ketika naik kelas 2. Kata Paman saya agar saya dapat kuliah di UGM. Saya harus meninggalkan nenek saya yang telah membesarkan saya sejak dari usia 3 tahun. Saya hanya bisa menciumi nenek dan menangis, demikian juga nenek saya juga sebenarnya tidak tega melihat saya.

Sebenarnya nenek saya ingin mengasuh saya sampai ia dipanggil menghadap Allah. Saya meniti karir di Yogya sebagai salesman buku, salesman bahan pengkilap mobil, salesman telex lewat telepon dan salesman komputer, sehingga seakan-akan cita-cita yang saya tulis tersebut sangat jauh menyimpang. Apalagi saya kemudian sebagai pengusaha, bukan sebagai dosen ataupun ilmuwan.

Meskipun saya sebagai pengusaha, kata yang pernah saya tulis tersebut selalu muncul di benak saya tanpa sadar. Saya masih mempunyai cita-cita suatu saat menjadi dosen atau ilmuwan. Cita-cita itu menguat saat saya menjadi Guru di SMP dan SMA Muhammadiyah Kasihan Bantul. Saat ini tidak terasa, kata yang pernah saya tulis itu sudah cukup dekat untuk saya raih.

Saya berdoa mudah-mudahan Allah mengizinkan untuk meraih gelar itu dua tahun lagi, jika itu baik bagi saya. Tetapi kalau Allah menghendaki lain, barangkali itu yang terbaik bagi saya. Saya hanya akan mengatakan bahwa dengan menulis apa yang kita inginkan dapat menimbulkan kekuatan yang luar biasa. Jika yang kita tulis itu kita iringi dengan doa dan kerja keras, Insya Allah apa yang kita inginkan itu dapat kita capai
read more...

Senin, 04 Januari 2010

HARGA SECANGKIR KOPI

Menurut Kim dan Mauborgne, untuk menciptakan pasar tanpa persaingan, selain mencermati industri alternatif dapat pula mencermati kelompok-kelompok strategis dalam industri. Kelompok-kelompok strategis dalam industri adalah sekelompok perusahaan dalam suatu industri yang mengejar strategi yang sama. Kelompok-kelompok tersebut diperingkatkan secara hierarkis kasar berdasarkan harga dan kinerja. Setiap lonjakan harga cenderung melonjakkan pula sejumlah dimensi kinerja. Kebanyakan perusahaan memperbaiki posisi bersaing di dalam kelompok strategis dan berusaha untuk mengalahkan satu dengan yang lainnya.


Untuk menciptakan pasar tanpa persaingan harus melintasi kelompok strategis dengan memahami faktor-faktor apa yang menentukan keputusan konsumen karena kinerja dan karena harga. Salah satu perusahaan yang mampu memanfaatkan peluang ini adalah Curve, perusahaan kebugaran wanita di Texas yang diwaralabakan sejak 1995. Curve melihat industri kebugaran yang membidik pria dan wanita yang menawarkan beragam pilihan olahraga dan latihan penuh yang umumnya di lokasi perkotaan yang mewah.

Bangunan trendi, mesin-mesin aerobik dan latihan beban yang lengkap, bar minum, kolam renang, spa, instruktur, ruang ganti lengkap dengan pancuran dan sauna, karena tujuannya untuk menghabiskan waktu sosial dan olahraga. Dengan iuran $ 100 per bulan, yang tidak murah, maka pangsa pasarnya hanya 12%. Mengapa para wanita memilih program latihan di tempat yang mewah dan lengkap ini? Jawaban para konsumen tersebut adalah karena kalau di rumah ada saja alasan untuk tidak berolahraga dan sulit melakukan olahraga yang disiplin, kecuali orang yang antusias dan berkomitmen. Berolahraga secara kolektif lebih memotivasi dan bersemangat daripada berolahraga sendirian. Sedangkan kelompok strategis yang lain adalah program latihan di rumah dengan bantuan buku, majalah dan video-video latihan. Mengapa para wanita memilih program latihan di rumah? Jawabannya adalah karena program latihan di rumah hemat biaya dan waktu dengan privasi yang terjaga.

Curve mencermati keunggulan kedua kelompok strategis tersebut mengeksploitasi keunggulan kedua kelompok tersebut. Curve menciptakan tempat berolahraga yang dapat memotivasi dan membuat semangat bagi wanita, dalam suasana yang dapat saling berbicara dengan biaya murah dan privasi terjaga. Maka yang dilakukan Curve adalah menghilangkan dan mengurangi semua aspek dari klub kesehatan yang tidak begitu menarik minat wanita pada umumnya, yaitu mesin-mesin khusus, makanan, spa, kolam renang dan bahkan ruang ganti yang digantikan dengan hanya tempat ganti yang ditabiri dengan tirai. Mesin-mesin disusun berbentuk lingkaran yang memungkinkan dapat berkomunikasi satu dengan yang lainnya. Mesin dengan sistem QuickFit yang tidak perlu disetel-setel lagi, aman, mudah digunakan dan tidak mengintimidasi. Hanya sedikit cermin yang ada di dinding dan tidak ada pria yang memandangnya sehingga privasi terjaga dengan baik. Hanya dalam 30 menit, seluruh olahraga dapat terselesaikan. Iurannya cukup murah, hanya $ 30 per bulan. Maka motto dari Curve adalah ”Dengan harga secangkir kopi per hari, Anda bisa meraih anugrah kesehatan lewat olahraga yang baik”. Curve akhirnya tumbuh dengan pesat dan mempunyai pelanggan 2 juta orang dan ada di lebih 6000 lokasi dengan pemasukan melebihi angka $ 1 juta. Rata-rata setiap empat jam ada tempat Curve yang dibuka di suatu tempat di dunia.

Sumber Artikel : M.suyanto
read more...

TIPPING POINT

Kesuksesan suatu perusahaan bergantung pada strategi yang diterapkan, tetapi kadangkala justru di luar dari strategi dari hal-hal yang kecil. Bahkan hal-hal yang kecil kadangkala dapat membuat perubahan besar tanpa sengaja. Jika hal ini terjadi pada perusahaan, maka perusahaan tersebut akan sukses dalam penjualan. Peristiwa ini terjadi pada Wolverine, perusahaan pembuat sepatu dengan merek Hush Puppies. Sepatu klasik berkulit suede dengan sol ringan dari karet mentah buatan Amerika tersebut penjualannya menurun tajam, hingga hanya 30.000 pasang per tahun dan kebanyakan di toko-toko atau gerai-gerai sederhana di kota kecil yang jauh dari keramaian. Bahkan perusahaan Wolverine berpikir untuk menghentikan produksinya.

Tiba-tiba, pada akhir 1994 dan awal 1995 terjadi keajaiban. Pada acara pembukaan cabang sebuah rumah mode, dua eksekutif Hush Puppies, Owen Baxter dan Geoffrey Lewis bertemu dengan seorang perancang mode dari New York yang dalam perbincangan santai bercerita kepada mereka bahwa Hush Puppies klasik mendadak digandrungi para hipster di mklub dan kafe-kafe di kawasan pusat bisnis Manhattan. “Beberapa toko barang bekas di Village dan Soho menjual sepatu buatan kami. Banyak orang yang menyerbu toko-toko kecil itu, memborong semuanya” kata Owen Baxter. “Isaac Mizrahi juga memakai Hush Puppies” kata Sang Perancang mode. Untuk beberapa lama cerita tersebut, bagi Baxter dan Lewis cerita tersebut hanya gurauan. Bagi mereka tidak masuk akal bila sepatu yang begitu ketinggalan zaman tiba-tiba menjadi terkenal.

Perancang mode John Barlett, yang menggunakan Hush Puppies dalam koleksi mesin seminya. Kemudian disusul, Anna Sui yang digunakan untuk pergelaran busana. Jooel Fitzgerald membuat dan memasang balon setinggi tujuh setengah meter berbentuk anak anjing berbulu lembut, berkaki pendek dan bertelingan panjang yang merupakan simbol dari merek Hush Puppies. Bahkan Fitzgerald memasang simbol tersebut di atas atap tokonya di Hollywood dan mengosongkan galeri seni di sebelahnya untuk dijadikan butik khusus Hush Puppies. Ketika ia sedang mengecat dan menata rak-rak, aktor Pee-wee Herman datang dan meminta disediakan beberapa pasang. “Promosi dari mulut ke mulut betul-betul ampuh” kata Joel Fitzgerald.

Pada 1995, Hush Puppies terjual 430.000 pasang dan tahun berikutnya dapat menjual empat kali lipat dan 1997 terjual lebih banyak lagi yang akhirnya Hush Puppies mengukuhkan diri sebagai pelengkapan busana ngetren kaum remaja di Amerika. Hush Puppies juga memenangkan penghargaan asesori terbaik dari Council of Fashion Designers dalam sebuah jamuan makan malam di Lincoln Center dan presiden perusahaan tersebut naik panggung bersama Calvin Klein dan Donna Karan untuk menerima penghargaan atas pretasi Hush Puppies.

Meledaknya penjualan sepatu Hush Puppies, hanya gara-gara ulah remaja iseng di East Village dan Soho yang hanya segelintir saja. Remaja-remaja itu, siapapun mereka sama sekali tidak bermaksud mempromosikannya. Mereka mengenakan sepatu ini semata-mata hanya ingin tampil beda. Namun, entah bagaimana keisengan itu menular ke remaja lain sampai akhirnya akhirnya ada dua perancang mode yang menggunakannya untuk menawarkan mata dagangan mereka yang lain. Sepatu ini muncul di permukaan karena kebetulan. Sepatu tersebut mencapai titik popularitas tertentu karena kebetulan tersebut menurut Malcolm Gladwell dikatakan mencapai tipping point. Doa dapat mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin, sesuatu yang sepele menjadi luar biasa. Doa yang diikuti dengan usaha yang keras dapat menjadikan tipping point.

Sumber Artikel : M.suyanto
read more...